Kita memperkuat pertahanan dari acaman luar yang ingin menjatuhkan kita, membuat dinasti kekuasaan, merekayasa perputaran uang hingga banyak intrik dan kong kolikong demi mempertahankan status quo.
Kekuasaan kita berjalan lama, para pengkritik sudah disingkirkan lebih dahulu, pengkritik yang masih bisa di lobi kasih sedikit posisi agar tenang. Ancaman-ancaman dari luar sudah kita bisa kendalikan.
Allah membiarkan kita terjebak dalam Istidraj. Kekuasaan dan kenikmatan membuat kita lalai. Bahkan ia lebih parah dari pemimpin sebelumnya. Praktik penegakan hukum lemah dan cenderung tebang pilih, hanya tajam ke orang-orang yang kritis dan mengetahui kebobrokannya, media dan militer sudah ia kendalikan.
Istidraj merupakan ujian yang menakutkan karena yang bersangkutan tidak merasa jika dirinya tengah diuji oleh Allah di dunia.
Contoh istidraj dapat berupa berbagai bentuk kenikmatan dunia, seperti harta, kesehatan, kekuasaan, dan kedudukan. Kenikmatan tersebut sering membuat manusia terlena dan lupa bahwa semuanya adalah titipan Allah SWT.
" Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh" (QS. Al 'Araf: 182-183)
Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena merasa kenikmatan yang didapatkan adalah anugerah. Padahal, kenikmatan tersebut adalah ujian yang harus dihadapi.
Rasulullah SAW pun bersabda : " Apabila Engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah."
Terus melakukan kemaksiatan tetapi kesenangan dan kesuksesan justru semakin melimpah.
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata: " Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau melihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya." (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal.121)
Merasa hidupnya begitu tenang dan tenteram meskipun tidak pernah menjalankan ibadah dan sering melakukan maksiat.
Saudaraku, kita diuji bukan saja dengan kesempitan dan kekurangan akan tetapi kita juga di uji dengan kelapangan dan kelebihan harta.
Allah SWT yang paling mengetahui, mungkin kasih sayang nya terhadap kita dengan memberikan kesempitan kita, karena kalau kita dilapangkan mungkin saja kita akan lalai dan tergelincir ke dalam sifat tercela, Wallahu a'lam.
Saat keadaan sempit, kita berpikir ketika lapang kita akan menggunakan harta kita di jalan Allah dan sebagainya, justru yang terjadi malah kita lupa sama janji kita, kita semakin sibuk dan takut kehilangan harta dan kekuasaan kita dan kita terjebak dalam Istidraj.
Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena mereka merasa bahwa kenikmatan yang mereka dapatkan adalah anugerah yang memuliakan. Padahal, sebenarnya kenikmatan tersebut adalah sebuah ujian yang harus dihadapi.
Ujian ini adalah ujian yang manusia tidak menyadarinya sebagai ujian. Maka hati-hatilah terjebak di dalam nya.
Saat kelapangan menghampiri, bersyukurlah kepada Allah karena itu adalah nikmat dari-Nya dan gunakanlah untuk membantu sesama yang kekurangan.
Kendalikanlah diri dari kenikmatan dan disaat lapang.