Ilustrasi smartphone.(iStockphoto/Kwangmoozaa) |
VNN.CO.ID - Pernahkah Anda mendengar anjuran untuk meletakkan ponsel basah di dalam beras atau mengisi baterai semalaman dapat merusak perangkat Anda? Beberapa mitos seputar smartphone sering kali menjadi pembahasan populer, namun seberapa benar klaim-klaim tersebut? VNN.co.id menggali fakta-fakta terbaru untuk memastikan kebenaran di balik mitos-mitos ini.
Salah satu mitos yang cukup umum adalah menaruh ponsel basah di dalam beras agar tidak rusak akibat air. Meskipun nampak masuk akal, sebuah studi pada 2014 oleh perusahaan reparasi ponsel, TekDry, menunjukkan bahwa meletakkan ponsel dalam beras hanya mengurangi kelembaban sekitar 13 persen selama 48 jam. TekDry menyarankan alternatif yang lebih baik, yaitu mengeringkan ponsel basah dengan handuk atau kain, diikuti dengan penempatan di depan kipas angin untuk meningkatkan sirkulasi udara.
Mitos lain yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan mengecas smartphone semalaman. Meskipun baterai lithium ion di smartphone modern dilengkapi dengan mekanisme penghentian otomatis ketika penuh, pengisian semalaman tetap dapat menyebabkan penuaan baterai. Sebaiknya, penggunaan fasilitas baterai health, seperti yang dimiliki iPhone, dapat membantu mempertahankan kesehatan baterai dengan membatasi pengisian hingga batas tertentu.
Adalah mitos kuno bahwa baterai ponsel harus benar-benar habis sebelum di-charge, sebuah kebiasaan yang sesuai dengan era baterai Ni-Cad. Namun, pada baterai lithium ion modern, sebaliknya, dianjurkan untuk mengisi daya ketika baterai mencapai level 30-80 persen. Pengabaian aturan ini dapat mempercepat penuaan baterai, mengurangi kapasitas dan umur pakainya.
Night mode, fitur yang membuat layar ponsel terlihat lebih hangat untuk mengurangi cahaya biru, sering dianggap membantu tidur lebih nyenyak. Namun, sebuah studi oleh Lighting Research Center pada 2019 menunjukkan bahwa night mode tidak memiliki dampak signifikan terhadap produksi melatonin. Sebagai gantinya, dianjurkan untuk mengurangi tingkat kecerahan layar di malam hari atau bahkan menghindari penggunaan ponsel menjelang tidur.
Seiring dengan itu, mitos seputar airplane mode juga perlu dipertimbangkan. Meskipun mode ini mematikan koneksi seluler dan WiFi, penelitian oleh Northeastern University menunjukkan bahwa perangkat masih bisa dilacak melalui sensor-sensor seperti gyroscope dan accelerometer. Sebagai langkah keamanan, melepas baterai atau membuangnya adalah satu-satunya cara untuk memastikan ketidakmampuan perangkat untuk dihidupkan.
Terakhir, kekhawatiran tentang menggunakan charger dari merek yang berbeda dengan ponsel juga perlu dikaji. Meskipun charger kualitas buruk dapat merusak baterai, pilihan charger dari pabrikan aksesori pihak ketiga yang terpercaya masih aman digunakan. Pastikan memilih charger dari merek yang memiliki reputasi positif dan sudah dikenal sebagai produk berkualitas.
Dalam menghadapi mitos-mitos ini, penting bagi pengguna smartphone untuk memahami teknologi terkini dan mengikuti praktik terbaik guna mempertahankan kinerja dan umur pakai perangkat mereka.***