VNN.CO.ID, Tangerang - Childfree sebenarnya bukanlah konsep yang benar-benar baru dalam pola hidup masyarakat modern. Namun, di Indonesia, pilihan hidup ini masih menuai kontroversi dan cenderung sulit diterima oleh sebagian besar masyarakat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui laporan berjudul "Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia" menunjukkan bahwa respons masyarakat terhadap konsep childfree masih didominasi oleh komentar negatif, terutama di media sosial.
Dilansir dari CNN Indonesia, laporan tersebut mengungkap bahwa sebanyak 47,16 persen komentar di platform media sosial menunjukkan tanggapan negatif terhadap childfree. Sikap ini memperlihatkan bahwa pandangan tradisional tentang peran dan harapan masyarakat terhadap keluarga masih kental. Mayoritas masyarakat menganggap childfree sebagai tindakan yang tidak selaras dengan nilai-nilai agama dan budaya, yang umumnya menempatkan anak sebagai salah satu tujuan pernikahan.
Sebagai tambahan, laporan tersebut juga mencatat bahwa opini netral berjumlah 44,67 persen, menggambarkan sebagian masyarakat yang lebih memilih untuk menghormati pilihan individu tanpa memberikan dukungan atau penolakan secara terbuka. Pandangan netral ini menggambarkan pemahaman bahwa keputusan hidup, termasuk childfree, seharusnya merupakan hak pribadi setiap orang.
Namun, respons positif terhadap konsep ini masih sangat kecil. Hanya 8 persen dari komentar yang mendukung childfree, yang menunjukkan bahwa banyak yang masih melihat keputusan ini sebagai hal kontroversial atau bahkan tabu.
Dikutip dari laporan yang dirilis BPS, para pengguna media sosial cenderung mengaitkan childfree dengan norma-norma agama. Beberapa kata kunci yang sering muncul dalam perbincangan ini adalah "Tuhan", "agama", "Allah", dan "egois." Hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat memandang konsep childfree sebagai sesuatu yang bertentangan dengan kodrat manusia dan ajaran agama.
Selain itu, masyarakat yang mendukung pilihan childfree ini mengemukakan alasan rasional. Kata kunci seperti "beban" dan "takut" seringkali mencerminkan pandangan bahwa memiliki anak dianggap sebagai beban finansial dan emosional yang tidak mudah. Dikutip dari CNN Indonesia, pendukung childfree beranggapan bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga, terutama bagi mereka yang merasa belum siap secara finansial dan mental untuk mengasuh anak.
"Orang-orang yang memilih childfree cenderung mempertimbangkan tanggung jawab finansial dan emosional yang besar dalam membesarkan anak," tulis laporan itu. Situasi ini menggambarkan semakin tingginya kesadaran akan tanggung jawab serta kekhawatiran akan beban ekonomi bagi mereka yang memutuskan untuk tidak memiliki keturunan.
Secara keseluruhan, laporan BPS menyimpulkan bahwa respons masyarakat terhadap childfree bervariasi, dengan dominasi opini negatif yang menyoroti sudut pandang bahwa prinsip ini bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya. Mereka yang memilih jalur hidup ini pun dianggap egois oleh sebagian masyarakat karena memilih untuk tidak memiliki tanggungan yang dianggap sebagai kodrat manusia.
Beberapa pihak mendukung pandangan bahwa keputusan untuk childfree merupakan langkah bijaksana bagi mereka yang takut tidak mampu membiayai atau mengurus anak dengan baik. Keputusan ini dianggap sebagai bentuk tanggung jawab, terutama bagi pasangan yang merasa belum mampu menyediakan kehidupan layak bagi anak-anak.
Meski konsep childfree semakin dikenal di kalangan masyarakat perkotaan, tantangan dalam penerimaan budaya dan agama tetap menjadi hambatan utama bagi mereka yang memilih jalan ini. Seiring berjalannya waktu, perdebatan tentang pilihan hidup ini kemungkinan besar akan terus berlanjut di masyarakat Indonesia.
Sumber: CNN Indonesia