EDISI Ke #3. Saroji Memetik Buah Kesusahan Lambang Cinta dan Pengabdian. -->
RAMADHAN 2025 HUT RI 2023 VNNCOID IKLAN PENERJEMAH

EDISI Ke #3. Saroji Memetik Buah Kesusahan Lambang Cinta dan Pengabdian.

, 3/03/2025 11:27:00 PM

Ilustrasi Anak Putus Sekolah. 



Musim tanam telah usai, dan Saroji merasa kosong tanpa kegiatan. Ia duduk termenung, teringat buku-buku pemberian pemilik rumah tempat ibunya bekerja sebagai buruh cuci. Saroji terinspirasi oleh salah satu buku tersebut dan segera berlari pulang. Sesampainya di rumah, ia mendekati ibunya dengan penuh semangat.


"Bu, bolehkah saya minta beras untuk diolah menjadi nasi?" tanyanya. Ibunya pun heran, "Mau buat nasi apa lagi, kan nasi sudah banyak?"


BACA JUGA: EDISI KE #1 Saroji Memetik Buah Kesusahan Lambang Cinta dan Pengabdian


Saroji menjelaskan tentang rencananya membuat nasi dengan berbagai varian rasa, seperti yang ia baca di buku. Ada nasi hijau dengan pewarna alami dari daun pandan, nasi ungu dengan pewarna dari ubi, dan tentunya nasi kuning. Mendengar penjelasan Saroji, sang ibu akhirnya setuju dengan anggukan kepala.


Hari demi hari, mereka berdua mulai membuat nasi dengan beragam rasa dan warna. Ternyata, antusiasme warga kampung sangat tinggi, mereka suka sekali dengan nasi tersebut. Saroji dan ibunya pun memiliki kesibukan baru karena pesanan datang setiap hari semakin banyak.


Teman-teman Saroji pun ikut menjualkan nasi tersebut di sekolah, dan hasilnya sangat laku keras. Suatu ketika, Diman, sahabat Saroji, bercerita bahwa sekolahnya akan mengadakan tur. Ia meminta Saroji untuk memasak nasi lebih banyak. Saroji kemudian bertanya, "Diman, kamu mau tur ke mana?"


Saroji menceritakan apa yang pernah ia baca di buku-buku pemberian bos ibunya. Ia mengusulkan agar tur sekolah ke sawah saja, agar teman-teman Diman bisa mengenal lebih dekat proses bertani dan produksi padi. Mendengar usulan itu, Diman setuju dan menanggukkan kepala.


BACA JUGA: EDISI KE #2 Saroji Memetik Buah Kesusahan Lambang Cinta dan Pengabdian


Tidak lama setelah itu, Diman menceritakan ide Saroji kepada Pak Samsi, salah satu guru di sekolah. Pak Samsi pun setuju dan berkata, "Diman, rencana tur kamu lebih baik ke tempat temanmu. Bapak akan mencari yang bisa menjelaskan tahapan bertani." 


Diman pun langsung menjawab, "Pak, Saroji saja. Dia paham tentang itu." Rencana ini kemudian disampaikan kepada panitia tur dan mereka setuju. Berkat inspirasi dari buku dan ide brilian Saroji, teman-temannya bisa belajar langsung tentang dunia pertanian dan betapa berharganya usaha petani.


Penulis: Dadi Iskandar di Dedikasikan Untuk Mereka Yang Sedang Dalam Keterbatasan 

TerPopuler

close